Aku hanyalah tanah
Lempung hitam menjijikan
Tak pantas ‘tuk menginjak
Namun pantas diinjak-injak
Dan Tuhan tiupkan bulir-bulir kemuliaan
Pantaskah aku dapatkannya?
Sebening air garam dilupakan sari
Menakjubkan bak nebula menari-nari
Tuhan memintaku dan sedarahku
Bukan aku atau mereka yang pinta
Jadilah aku dan mereka
Sedarah dan sekawan
Dan jadi singa yang bijak
Itu yang Tuhan mau
Tak seserpih pun kurang
Bekal bibit yang ‘kan jadi samudra
‘tuk dirajut menutup lapar
Dan bumi pun mengerut dan bungkuk
Berjuta singa telah bernisan
Yang sebelumnya ingatkan petuah Tuhan
Setelah ketuban terpecah
Kepada mereka ‘tuk jadi lebih tangguh
Namun kini hanyalah tabu
Merekalah yang berwujud tanah
Lupa bahwa mereka hanya tanah
Yang bulir cinta-Nya terkeruhi arang
Yang memanas dan jadilah lidah tak beradab
Dan berujung lapar
Diisinya laknat dari sedarahnya
Bumi semakin lapuk
Hanya tinggal menunggu
Peti mati salam maut
Berjuta malaikat bertasbih berair mata
Mohonkan ampun jasad sang singa
Jasad yang pernah memunafiki-Nya
Dan memunafiki sedarahnya
Yang ‘kan hanyut bersama kanal api neraka
0 comments:
Post a Comment